Kamis, 19 November 2009

“Sandal Gue Maaaaaas !!”

by Made Teddy Artiana, S. Kom

MTA PHOTOGRAPHY
[karena manusia mulia dan hidupnya berharga]
teddyartiana_photography@yahoo.com



Uluwatu sedang panas-panasnya ketika kami tiba disana. Tetapi wajah Iwan dan Lia (bukan nama sebenarnya) masih sumringah. Persis seperti orang yang baru habis mandi, terus disodori sarapan nasi goreng + 2 seplok telor + susu.

Uluwatu memang tujuan utama ke-2 setelah dreamland yang masuk pada 10 daftar lokasi prewedding mereka. Mereka berdua memang belum pernah berkunjung ke tempat ini sebelumnya, akulah yang merekomendasikan tempat ini kepada mereka. Setelah melihat sample-sample foto client kami yang lain yang kebetulan kami potret di Uluwatu, maka kedua calon pengantin itupun setuju dan memasukkan Uluwatu ke daftar mereka.
Langit biru, Pura yang berdiri dalam wibawa, tebing yang kokoh, deburan ombak yang ganas, pohon kamboja dan monyet berkeliaran memang hidangan khas yang hanya bisa ditemui di Uluwatu. Tempat yang akan membuat siapapun yang memiliki mata dan telinga dan juga mulut, berdecak kagum.

“Gila tebingnya eksotik banget Mas !”, seru Iwan keheranan menyaksikan betapa luar biasanya pemandangan tebing uluwatu terhantam deburan ombak.
“Iya keren banget, two tumbs up !”, sahut Lia mengiyakan.
“Tapi hati-hati monyetnya ya”, ujarku sekedar mengingatkan keduanya.“Monyetnya gak galak, tapi jahil.”

Pemotretan preweddingpun kami mulai. Karena memang tampak menikmati suasana, keduanya terlihat ngeblend dengan background mereka, dan kami sama sekali tidak kesulitan mengeksekusi foto-foto mereka.

Hingga suatu ketika sebuah challenge diajukan oleh Iwan kepadaku.
“Aku mau background pohon kambojo kering itu Mas”, katanya sambil menunjuk salah satu pohon kamboja Bali yang memang sedang gundul karena meranggas itu.
“kallo ngambilnya dari bawah Mas..bagus gak ?”, sambungnya lagi.
“Bagus”, jawab ku.
“Tapi aku gak keliatan gendut”, tanya Lia kuatir.
Dia memang selalu terlihat kuatir, jika angle kamera berada dibawah horison.
“Tenang aja..yang penting cahaya”,jawabku menenangkan Lia.
“Ok..tapi kalian agak manjat sedikit yah..gak tinggi kok..itu dahan yang kedua. Cuman sampai disitu aja kok”, saranku pada mereka.
Mereka berdua mencopot sandal masing-masing, sebelum akhirnya memanjat dan nangkring disitu.
“Tunggu yah..oke lia kamera Iwan..Lia..good”, baru beberapa saat, tiba-tiba teriakan Iwan mengagetkan kami semua.
“Sandalku Mas…sandaaaal !!!!”
Ia terlihat panik, dan ingin bergegas loncat menyelamatkan sandalnya yang dilarikan oleh seekor monyet kecil.
“Wan..wan..tenang aja..awas nanti elu malah jatuh lho”, teriak ku mengingatkannya.
“Tapi Mas..sandalku itu..”, ia tampak kuatir.
“Iya Mas..monyet juga tahu mana yang udah lunas mana yang masih ngutang..hi..hi..hi..”, teriak Lia sambil tertawa cekikikan.

Iwan hanya cemberut, sambil matanya terus mengawasi monyet kecil itu dari atas pohon bak detektif kartun Dick Tracy, mengintai lawannya.
“Harusnya gue yang dibawah, dia yang diatas…ini malah kebalik”, gerutu Iwan

“Gampang ada triknya kok..nanti juga dibalikin kok Wan”, kata ku,”kita terusin dulu dikit lagi nih..”.
“Mas awas lu kallo gak dibalikin..”, teriak Iwan sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Gue tanggung jawab Wan”, jawabku sambil memberi kode Wida –istri sekaligus make up artis kami-untuk membeli sesuatu.

Setelah dua kali jepretan, Iwan dan Liapun bergegas turun. Wida segera menyodorkan sebungkus kacang pada Iwan, untuk digunakan sebagai tukar guling dengan sandal Iwan. Dengan trik yang begitu simple, (lemparkan kacang kearah mereka, dan mereka akan mengembalikan barangmu) sandal Iwan yang tersanderapun berhasil kami bebaskan.

“Untung gak apa-apa”, gumam Iwan sambil menarik nafas lega, setelah memeriksa sandal barunya yang memang dibeli secara kredit. “Gak perlu sekolah kali, monyet dimana-mana juga tahu, sandal koko gak bisa dimakan, pahit. Mending makan kacang deh”, celetuk Lia. [mtaphotography::karena manusia berharga dan mulia]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar