Jumat, 20 November 2009

Kisah Sedih Dari Sidney

by Made Teddy Artiana, S. Kom

MTA PHOTOGRAPHY
[karena manusia mulia dan hidupnya berharga]
teddyartiana_photography@yahoo.com


Cerita ini ditulis dengan sebuah keprihatinan yang dalam. Sama sekali tidak bermaksud buruk. Apalagi untuk bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. Tetapi biarlah menjadi sebuah pelajaran berharga bagi para calon pengantin, terutama orang tua dan keluarga besar mereka.
Rendy dan Dyane (bukan nama sebenarnya), sama-sama bermukim di salah satu negara bagian di Ausie sana. Mereka mengenal ku dari kakak mereka yang yang kebetulan photography dan wedding organizernya kami tangani juga. Mengenal mereka merupakan sebuah kebahagian tersendiri buat kami. Bukan hanya karena kami sudah mengenal keluarga besar mereka, tetapi juga karena kepribadian mereka yang unik. Kritis, agak cerewet tapi baik. Karena jarak, jadi technical meeting lebih sering kami adakan via telepon dan email, sesekali kami memang bertemu, ketika mereka kebetulan berada di Indonesia.
Segalanya baik-baik saja pada awalnya. Segalanya telah kami rencanakan bersama dengan matang. Segala persiapan yang bersangkut paut dengan photo dan WO dipernikahan nanti, sudah beres jauh-jauh hari sebelum hari H mereka. Kami tinggal menghitung hari.
Mengenai prewedding misalnya. Rencananya kami akan bertemu di Bali, mereka langsung dari Ausie dan kami dari Jakarta. Lokasi prewed, penginapan dan ticket pun sudah siap. Tinggal berangkat.
Namun 10 hari menjelang keberangkatan itu, kami menerima kabar yang sangat mengejutkan. Dyane pada saat itu sedang di Jakarta menghubungi via telepon kami sambil menangis tersedu-sedu. Ternyata sebuah tragedi menimpa mereka. Karena suatu sebab-yang tentunya tidak ingin kami ceritakan-keluarga mereka bersitegang. Tidak hanya itu, hubungan mereka berduapun ikut-ikutan memburuk. Pertengkaran kedua kubu memuncak hingga berujung pada pembatalan pernikahan mereka berdua. Gedung sudah booking, catering sudah bayar, undangan kebetulan diurus oleh Wedding Organizernya Wida (istriku) pun sudah selesai dicetak, tapi pernikahan itu sendiri dibubarkan. Jika mengingat kemesraan mereka berdua, peristiwa ini terasa seperti mimpi. Curhat Dyane selama hampir 4 jam itu, kami tanggapi dengan sangat prihatin. Malamnya, curhat berlanjut, entah berapa jam lamanya. Tidak hanya itu, keesokan harinya kami dihubungi juga oleh pihak keluarga Rendy (CPP). Ayah Rendy yang memang sudah kenal dekat dengan kami, bercerita juga panjang lebar, sambil menangis tentang kejadian ini, hampir selama 3 jam nonstop. Kabar terakhir kami dengar bahwa Rendy dilarikan ke Hongkong, karena yang bersangkutan mengalami stress berat.
Malamnya, aku dan istri meluangkan waktu khusus untuk berdoa buat Rendy dan Dyane beserta keluarga mereka. Kiranya TUHAN mendamaikan kedua keluarga besar ini, atau paling tidak mengeringkan luka-luka bathin mereka segera.
Siapa yang salah ? Sangat sulit mencari benang kusut itu, apalagi jika persoalan harga diri kental terlibat didalamnya. Cinta memang perlu pengorbanan, kadang bahkan pengorbanan harga diri. Tetapi yang perlu diwaspadai adalah jika cinta dikorbankan demi ego sekelompok orang. Walaupun dengan alasan harga diri.

Guys…kami sangat prihatin akan apa yang menimpa kalian. Semoga TUHAN yang baik suatu hari nanti mempertemukan kalian kembali. Dan semoga TUHAN melindungi persiapan semua calon pengantin dimanapun mereka berada, sehingga tragedi Rendy-Dyane tidak terulang kembali. **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar